Sadarkah
bahwa dia adalah tetap teman yang sangat memerlukan bantuan? Dirinya
pasti mengalami dampak psikososial yang sangat hebat, syok,
penyangkalan, kemarahan, kesedihan mengisolasi diri bahkan pikiran atau
tindakan bunuh diri.
Terkejut merupakan respon normal terhadap berita yang mengancam kehidupan.
Secara umum reaksi syok termasuk:
Aku Terdiam, hilangnya perhatian, atau ketidak percayaan;
Aku Kebingungan, keresahan, atau ketidakpastian mengenai hari ini dan masa depan;
Aku Putus asa (Oh Tuhan, semuanya menjadi berantakan)
Aku Emosional tidak stabil (perubahan cepat dan tidak terduga dari menangis sampai tertawa dan terus silih berganti);
Aku Menarik diri – menjaga jarak dari berbagai keadaan sekitar ; menghindar untuk terlibat dalam percakapan, aktivitas atau rencana pengobatan.
Beberapa orang merespon penyakit mereka dengan menyangkalnya (“Ini tidak mungkin dapat terjadi padaku”).
Sementara
waktu, penyangkalan diri dapat menolong untuk mengurangi stres, kalau
hal itu terus berlangsung, dapat menghambat perubahan perilaku dan keputusan dalam hidup, terutama untuk mengatasi HIV serta untuk mencegah penularan.
Jika penyangkalan tidak dihadapi, orang tidak dapat menerima tanggung jawab sosial yang berkaitan dengan perjalanan infeksinya..
MARAH TIDAK TERKENDALI KARENA :
Perasaan tidak beruntung dan mereka dapat melakukan tindak merusak seperti melukai diri sendiri atau orang lain.
Perasaan tidak mampu lagi untuk bekerja meski sebetulnya masih mampu. Dengan banyaknya keterbatasan dalam hidup– seperti makan (diet), pekerjaan , kontak sosial secara umum, dan sering menjadi sumber atau sasaran kemarahan orang terdekat.
Dipicu oleh kejadian yang tidak terduga dan kejadian yang sepele.
Perasaan marah pada diri sendiri sering timbul dalam bentuk:
Aku menghancurkan diri sendiri dengan membiarkan diri terserang HIV tanpa upaya mengobatinya
Aku atau mencegah berlanjutnya infeksi,
Aku atau dalam bentuk tingkah laku merusak diri sendiri (kecenderungan bunuh diri).
Ketakutan akan kematian, atau kesendirian dalam kesakitan, sangat umum terjadi.
Ketakutan lain adalah karena:
Aku takut dijauhi,
Aku ditolak,
Aku diabaikan atau ditinggalkan anak-anak/keluarga,
Aku ketidakmampuan mencari nafkah,
Aku kehilangan fungsi tubuh atau mental,
Aku dan kehilangan kepercayaan diri.
Ketakutan mungkin didasarkan atas pengalaman orang lain. Hal ini mungkin juga disebabkan kurangnya informasi mengenai HIV/AIDS.
Ketakutan sering dapat dikurangi dengan diskusi secara terbuka dalam konseling.
ODHA dapat bereaksi dengan menarik diri dari seluruh kontak sosial.
Faktor penting yang mendorong situasi ini adalah ketakutan ditolak, dengan pikiran: “Setiap orang akan menolak saya, karena itu lebih baik saya menjauh dari mereka sebelum mereka meninggalkan saya”.
Pada
awalnya konselor dapat menghargai perasaan untuk mengisolasi diri
sementara waktu , namun dukungan konseling harus terus berlanjut.
Kalau
isolasi terus berlarut dalam jangka waktu yang lama, konselor perlu
menggali penyebabnya, dan mendorong perubahan sikap ini.
Muncul perasaan bersalah akan kemungkinan:
Aku menularkan pada orang lain,
Aku tau mengenai tingkah laku yang menyebabkan
mereka tertular HIV . misalnya:
Ø pengalaman hubungan seks yang tidak aman atau
Ø menggunakan obat-obatan yang disuntikkan).
Ada juga perasaan bersalah karena kesedihan, berpisah dan kehilangan orang-orang serta keluarga yang dicintai
Perasaan bersalah masa lalu yang tidak terselesaikan akan muncul dan memperberat kondisi mental mereka.
ODHA sering merasa harga dirinya terancam
Harga diri seringkali merupakan pemicu terjadinya berbagai sikap agresifitas, irritabilitas, kecemasan dan isolasi diri
Penolakan
oleh tetangga, rekan kerja, kerabat dekat, dan orang-orang yang
dicintai dapat menyebabkan kehilangan status sosial dan kepercayaan
diri, mengarah kepada meningkatnya perasaan tidak berguna.
Pengaruh fisik terkait HIV, contohnya, perubahan rona wajah, menurunnya fungsi fisik dapat memperberat masalah ini
Bunuh diri terjadi sebagai alasan menghindari rasa sakit yang dirasakan sendiri atau mengurangi penderitaan.
Bunuh diri dapat terjadi :
• aktif (sengaja melukai diri yang menyebabkan kematian) atau
• pasif (tingkah laku merusak diri, sepert menolak pengobatan, menyembunyikan penyakit).
0 komentar:
Posting Komentar